Kendalikan Harga

TAJUK REPUBLIKA , JUM'AT 25 JANUARI 2008


Tengoklah sebuah keluarga di kawasan Jakarta Utara. Merasa tidak mampu
menambah penghasilan, maka yang dilakukan adalah menyiasati dari sisi makan.
Tadinya mereka masih bisa makan tiga kali sehari, pagi-siang-sore. Tapi
sekarang mereka ringkas menjadi pagi dan sore saja, makan malam tinggal
kenangan.

Di sebuah desa di daerah Cirebon, sebagian masyarakat yang tadinya mampu
makan nasi, kini harus mengganjal perut mereka dengan ubi-ubian. Harga beras
sudah tak terjangkau, kalaupun harus membeli, maka mereka cari besar menir
atau beras hasil sisa penggilingan yang harganya jauh di bawah beras asli.

Ada juga masyarakat yang menurunkan kualitas lauknya. Kalau tadinya masih
bisa makan telur dengan teratur, kini diturunkan menjadi makan tempe dan
tahu. Tapi celakanya harga tempe dan tahu pun kini sudah naik karena harga
kedelai melejit. Akhirnya sebagian dari mereka mengambil daun pepaya untuk
lauk.



Kejadian di atas menunjukkan bahwa terjadi degradasi kesejahteraan sebagian
besar masyarakat Indonesia dalam beberapa bulan terakhir ini. Pemicunya
adalah kenaikan berbagai bahan kebutuhan pokok yang terjadi hampir
susul-menyusul. Terigu, gula, minyak goreng, minyak tanah, kedelai, ikan
asin, dsb seolah berlomba-lomba naik.

Pemerintah tentu sudah tahu mengenai kenaikan harga yang memberatkan
kehidupan masyarakat tersebut. Tapi entah apa yang sudah dilakukan, yang
pasti gejolak harga itu masih terjadi dan hampir sulit untuk turun. Ketika
pendapatan masyarakat tetap, sementara harga naik, sudah pasti masyarakat
akan makin sulit memenuhi kebutuhan.

Jika semata dilihat dari inflasi, memang dalam angka akan terlihat kecil,
karena masing-masing punya bobot kecil, kecuali beras. Tapi kenaikan kecil
di tataran inflasi itu, berbeda dengan realitas di lapangan yang harganya
dirasakan mencekik, sehingga menunrunkan daya beli masyarakat.

Kenaikan harga di dalam negeri ini dipengaruhi oleh dua hal, yakni harga di
pasar internasional dan pasokan dalam negeri sendiri. Kenaikan kedelai
misalnya karena harga di pasar internasional naik, sementara kita sendiri
produksinya jauh dari kebutuhan, akibatnya harga juga akan terdongkrak naik.

Hal yang bisa dan harus dilakukan pemerintah adalah mengontrol pasokan.
Kestabilan pasokan menjadi kunci dari pengendalian harga. Ini hukum pasar,
jika persediaan mencukupi maka harga akan stabil, tapi jika pasokan
tersendat, harga akan naik. Persoalannya, apakah pasokan selama ini cukup
atau ada spekulan bermain.

Jika ada persoalan di produksi, maka di sektor itu harus ada langkah-langkah
untuk bisa menggenjot produksi. Jika persoalan di distribusi, maka perlu
dilakukan terobosan distribusi. Jika ada persoalan di spekulan, maka
pemerintah harus menindak dengan tegas para pelakunya.

Melihat begitu memprihatinkannya sebagian besar mayarakat, pemerintah harus
segera menormalkan harga kebutuhan bahan pokok tersebut. Ini sebuah
pertaruhan. Karena jika harga tetap tinggi, daya beli masyarakat kian
terpuruk, ujung-ujungnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah pun akan
merosot.

No comments: