Keteguhan Hati Menghadapi Cobaan

Kesulitan atau penderitaan hidup adalah Sunnatullah; kehidupan ini. Tiada seorangpun di dunia ini yang tidak pernah dihinggapi kesulitan atau penderitaan. Yang berbeda adalah derajat kesulitan itu dan kesanggupan pribadi seseorang dalam menghadapinya.

Manusia yang mudah shock, kaget, stress dalam menghadapi kesulitan-kesulitan hidup adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, orang-orang yang ragu dan lemah imannya kepada Allah. Dan semoga kita bukan berasal dari golongan tersebut.

Keteguhan Hati Seorang Mukmin

Seorang yang beriman selalu bersabar dalam menghadapi kesulitan hidup, hatinya teguh dan tegar menghadapinya dengan lapang dada. Dan tabah menghadapi musibah karena mereka tahu persis pendeknya umur untuk hidup di dunia dibandingkan keabadian di akhirat. Mereka tidak menginginkan surga sebelum surga yang sebenarnya :

"Katakanlah (wahai Muhammad) kesenangan dunia itu sebentar, akhirat terbaik
dan bagi orang yang bertakwa". (QS. An-Nisa : 77)

"Kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu". (QS. Ali Imran
: 185)

Orang beriman mengetahui sunnatullah (hukum alam) bahwa manusia akan diuji dengan nikmat kebebasan berkehendak dan menjadi khalifah di bumi sehingga mereka tidak menginginkan menjadi malaikat. Mereka tahu para nabi dan rasul adalah manusia-manusia yang paling berat ujiannya dalam kehidupan dunia, paling sedikit menikmati kehidupan dunia, sehingga mereka tidak menginginkan lebih baik dari mereka dan dijadikannya sebagai teladan yang baik.

Di antara kelembutan Allah ialah bahwa "musibah dan kesulitan" adalah pelajaran yang berharga dan pengalaman yang bermanfaat bagi agama dan dunianya, mematangkan jiwanya dan menghilangkan karat hatinya. Perumpaan seorang mumin yang ditimpa malapetaka yang berat ibarat besi yang dimasukkan api hingga hilang kotorannya dan tinggal yang baik.

Itulah nikmat-nikmat yang terdapat pada setiap musibah yang menimpa manusia, sehingga seseorang mungkin perlu bersyukur kepada Allah disamping rela terhadap takdir dan sabar terhadap ujiannya.

Setiap musibah kadang-kadang diganti yang lebih baik, oleh karena itu sewaktu Yusuf a.s disuruh memilih antara dipenjara dan hina bersama wanita cantik yang menarik ia memilih di penjara.

Seorang mumin selalu melihat nikmat yang telah diberikan Allah sebelum ia melihat nikmat yang akan diterimanya. Ia melihat petaka yang akan terjadi (di akhirat) disamping melihat petaka yang telah menimpa. Sikap ini menimbulkan kelapangan hati dan keridhaan.

Manisnya Pahala dan Pahitnya Kepedihan

Mengharap pahala dari Allah atas musibah yang menimpa adalah kenikmatan ruhaniyah lain yang dapat meringankan musibah tersebut. Pahala ini tercermin dari peleburan dosa-dosa.

Dalam suatu hadist shahih disebutkan, "Kesusahan dan kegelisahaan, kepayahan, sakit sampai duri yang melukai yang menimpa seorang muslim tidak lain kecuali Allah menghapus dosa-dosanya".

No comments: