MENGOCEH PERTANDA CERDAS

Mengoceh bagi bayi merupakan aktivitas yang cukup rumit. Diperlukan rangsangan yang tepat agar ocehannya makin "bicara". Kalau bayi mulai mengoceh, ia tidak sedang iseng belaka. Ia justru sedang menunjukkan kemampuannya. Pendapat ini antara lain didasari beberapa penelitian yang dilakukan di Amerika. Patricia Kuhl, Direktur Departemen Speech and Hearing University of Washington, mengungkapkan dengan mengoceh berarti bayi berlatih membangun fondasi berbahasa. Mengoceh juga menunjukkan kecerdasan si kecil. Kenapa? Karena bayi harus
mentransformasikan suara atau kata-kata yang didengarnya untuk diselaraskan dengan kemampuan bicaranya. Senada dengan Kuhl, seorang spesialis percakapan dari University of Kansas, Mabel Rice, mengatakan bayi yang mengoceh berarti sedang belajar berbahasa.



Hasil penelitian pakar perkembangan otak dari Amerika tahun 1999,
Huttenlocher, Jusyck, dan Kuhl juga menyebutkan, pada umur 6-12 bulan
bayi dapat mengenali pola bicara orang di sekelilingnya. Bayi mampu
mengenali kata-kata yang sering diucapkan ayah/ibunya. Makin sering
orang tua berbicara kepada si kecil maka semakin kaya perbendaharaan
kata yang diperolehnya. Alhasil, dia akan lebih terampil berbicara pada
umur 5-6 tahun. Jadi, ternyata bayi tak cuma mengingat perkataan orang
di sekelilingnya tapi juga menganalisanya. Bahkan, ia memiliki kemampuan
mengingat struktur percakapan orang yang sedang berbicara di sekitarnya.

MENSTIMULASI KECERDASAN

Memang, tidak bijaksana jika kita hanya menganggap mengoceh sebagai
satu-satunya tolak ukur kecerdasan bayi. Seperti diungkapkan dr.
Soedjatmiko, Sp.A(K),M.Si., kecerdasan merupakan suatu hal yang
kompleks. Antara lain membutuhkan proses melihat, mendengar,
membandingkan, menyamakan, mengelompokkan, menggabungkan, menyimpan,
merepresentasikan atau mengeskpresikan melalui berbagai cara, baik
verbal maupun gerakan. Nah, agar mengoceh dapat memberi kontribusi besar
kepada kecerdasannya, orang tua perlu menanggapi ocehan tersebut dengan
penuh kasih sayang. "Dengan begitu bayi jadi merasa aman dan nyaman. Hal
ini sangat penting untuk pembentukkan attachment serta basic trust pada
bayi," papar Ketua Subbagian Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI ini.

Mengoceh secara tidak langsung akan merangsang kecerdasan-kecerdasan
lainnya, termasuk kecerdasan emosional, komunikasi, dan logika
matematika. Lo, kok, sampai ke logika matematika segala? "Ya, kalau kita
ingin bayi terbiasa dengan matematika, ajaklah ia berbicara mengenai
konsep besar-kecil atau hitungan seperti penjumlahan dengan menggunaan
alat peraga mainan. Secara otomatis hal itu menstimulasi kecerdasan
matematikanya. Tentunya dengan syarat, lakukan dalam suasana bermain
yang menarik dan menyenangkan," kata Soedjatmiko.

TAHAPAN KEMAMPUAN BICARA

Kemampuan berbicara pada bayi terdiri atas beberapa tahapan. Berikut
tahapannya menurut Soedjatmiko:

* Usia 0- 3 bulan. Bayi mulai menunjukkan reaksi terhadap bunyi-bunyian
yang didengarnya. Dia akan mencari sumber suara tersebut. Si kecil juga
perhatian terhadap suara musik atau nyanyian.

* Usia 3-6 bulan. Si kecil memandang orang yang berbicara padanya. Dia
juga dapat tertawa dan mengeluarkan suara menandakan suasana hati
gembira atau sebaliknya. Bayi akan terdiam memperhatikan/mendengar suara
yang dikenalnya.

* Usia 6 -8 bulan. Bayi mulai bisa mengucapkan satu suku kata. Misalnya,
"Ma, pa, ta...da." Si kecil juga akan menjerit atau mengoceh minta
diperhatikan. Di usia ini bayi menanggapi pembicaraan.

* Usia 8-10 bulan. Bayi mulai bisa bersuara bersambung. Misalnya,
"Ma-ma-ma-ma, pa-pa-pa-pa, da-da-da-da, ta-ta-ta-ta." Ocehannya mulai
mirip dengan bicara.

* Usia 10-13 bulan. Si kecil mulai bisa memanggil. Misalnya, "Mama,
Papa!" Ia mulai bisa mengucapkan satu kata sederhana.

No comments: